Senin, Desember 10, 2007

Monolog Seumur Hidup

Aku mau memonologkan kemenangan. Mungkin nanti walaupun lebih baik sekarang. Sebuah prologi takbir dan sujud ; seperti sajadah untuk tilawah, adalah perjuangan merapikan epilog dari musik-musik luhur tercinta. Sebuah keberadaan adalah pertanda dan keajaiban. Dari keduanya kita habiskan banyak air mata; tersembunyi atau tampak.

Batu dan kerikil ditusuk runcing hujan, menghujam jantung, dan merahnya mata-mata yang terbakar. Tangan satu terkepal diatas satu tangan terbuka, bergelut dan jangan takut! Menyerah atau melawan, melawanlah! Betapa perlawanan terdengar, tidak perlu menunggu epilog yang pasti terjadi. Terhampar diatas tanda-tanda dan petunjuk tanpa apologi tentang kisah-kisah kemenangan yang mungkin datang dua ribu tahun lagi. Aku tidak mau menulis seribu, karena seribu pun mati.

Manusia dewasa bertambah tua, penumpang kapal dunia. Tiadalah sombong! Matilah sombong! Bila tidak; bahkan berpikirpun aku ngeri! Tinjulah tepat di mata dan sekujur masa, hingga tiba waktu pemberontakan itu tenang, perasaan terbuang itu paham, kemarahan terhempas itu berpikir, dan perjuangan yang tertendang itu akhirnya bersujud. Laut bergulung-gulung jinak menjadi teman. Api jadi kawan, meninju ketidak-adilan. Hamparan semua Raja tunggu mati. Tertata rapi bekal ilmu dan nasehat, takwa dan iman dalam senyuman, lalu cinta luhur musik-musik menterjemahkan tulisan-tulisan dan karya-karya.

Oo benihku, “aku melihat masa depan!”. Hingga tongkat menjejak menggantikan kaki, ya Rabb...itu fiddunnya hassanatan untuk akhirati hassanatan cemerlang! Aku mau melihatnya, kamu pun melihatnya di mataku. Uap air membumbung. Embun menjamah Bumi. Ranting-dahan berjoget berdansa. Ombak kecil menjilat-jilati pasir. Cermin memantulkan episode dari prolog sampai epilog selimut yang sederhana namun aku hangat. Sebuah judul yang bahkan bibirku tidak sanggup mengatakannya. “Tuhan tidak tidur, tiada mungkin kudustai”.

Aku dengar dari sini. Sebuah puisi terkenal yang sederhana. Karya mashyur yang sederhana. Dari Tuhan yang tidak tidur. Aku mau tau.

4 Desember 07, 23.10

Tidak ada komentar: