Senin, April 07, 2008

Guru, Guru...

Di negara kita ini, banyak sekali guru-guru yang nggak akan pernah mau ngaku jadi guru. Sumprit! Oke lah, memang bukan betul-betul guru. Tapi kalau ada sosok yang di gugu dan di tiru, dia akan juga menjadi guru. Ya tentu yang saya maksud bukan guru SD, SMP, SMA, atau SMK dan STM! Ini jenis guru lain yang muridnya meluas sampai desa, nggak teridentifikasi oleh pemerintah dan karenanya enggak mampu mengendalikan. Lha kalau pemerintah saja bisa nggak tahu, kan ajaib?! Mari kita sebut saja guru ajaib. Kalau mau belajar bisa diatur. Tidak perlu suap biar menang eksekusi tanah, sediakan “uang perkara” dan wuuush... perkara anda menang! Yah, paling hanya uang sekedarnya bila kita ngurus tilang di jalan. Satu lagi, anda cuma harus tahu orientasi “bidang studi” yang di kuasai oleh masing-masing guru yang saudara kehendaki.

Mau jadi terkenal? Daftarkan diri anda di kontes-kontes bakat yang tersebar di TV. Sayang sudah nggak ada lagi kontes da’i komersil itu. Kalau anda merasa cukup gagah atau cantik, masuklah agensi model dan 95% anda akan beruntung. Saya dan istri saya jelas nggak mungkin. Saya gundul ala pacul. Istri punya bibir item. Belum lagi rambutnya merah kepanasan. Mau jadi pengacara sekaligus selebriti? Yang ini mudah... ditanggung langsung kaya. Silahkan ngutang terus beli titel hukum, ajukan perizinan C.V, cari anak buah yang mau bekerja mencari order dari orang terkenal, dan anda akan mereguk sukses tanpa perlu peras peluh seperti anak buah anda dan bahkan tanpa penguasaan praktis dan pragmatis ilmu hukum. Mau belajar cara biar korupsi tapi nggak ketahuan? Nggak salah lagi, anda harus cari para Bapak-Bapak Dewan atau para buronan yang raib entah kemana itu. KKN jaman sekarang sudah semakin canggih dan terang-terangan. Di legalkan dalam bentuk peraturan dan Undang-Undang. Lihat saja dana komunikasi, dana pembuatan Undang-Undang, peraturan gaji pejabat DPR yang menyentuh langit, dan lain-lainnya. Buat anda yang biasa-biasa saja seperti saya sepertinya susah karena harus mengeluarkan investasi besar untuk ilmu ini. Hmmm… waduuuh saya tambah pinter. Tapi saya mau belajar cuap-cuap tukang obat eeh tukang janji aja, menghimpun massa, lalu bikin partai. Rakyat mah nanti, yang penting kaya, di layani masyarakat, dan bisa poligami. Eh, jangan poligami. Gitu-gitu saya sayang sama istri saya. Bersedia belajar cara menjadi aktor mahir untuk peran sakit? Amboi, ini remeh betul. Amati saja sebagian besar pejabat yang langsung sakit kalau diperiksa. Nggak perlu registrasi mahal-mahal pada sang guru untuk semuanya ini, karena para guru nggak nyadar bahwa mereka di gugu dan di tiru. Cukup pelototi TV anda dan, bila anda sudi melestarikan budaya bangsa, sediakan catatan untuk warisan anak-anak anda kelak dari sinetron, gosip, dan acara-acara murahan. Eits, jangan. Saya guyon.

Siapa orang pandai cuma sedikit di Indonesia?! Yang saya sebutkan tadi cuma selintas saja. Kalau saya tulis sekarang, bisa habis tenaga saya hanya untuk mengetik dan bermesraan dengan istri saya. Habis pula tenaga saya untuk ngajarin anak saya membaca. Saya mau dua anak saya melek buku. Tidak seperti buyut-buyutnya yang untuk bisa sekedar baca-tulis saja mimpi karena sampai ajal dana programnya terus menerus di “budi-daya”kan sejak jaman tapal besi.

Sekarang, saya berikan guru yang bisa bikin anda -di jamin- di turutin banyak orang. Mau? Belajar saja ke bintang sinetron yang hari ini main sinetron, besoknya model. Yang hari ini model, besok presenter. Yang hari ini main sinetron, besok menyanyi. Yang hari ini menyanyi, besok bintang iklan, dan besoknya main sinetron lagi ato melawak. Satu contoh lagi, ingin agar anda menjadi pionir bahasa-bahasa baru? Pelototi sinetron dan infotainment, dan niscaya anda akan langsung ahli berbahasa ala "pacar aku", karena "pacarku" sudah kuno, atau "mobil aku" karena "mobilku" menurut EYD itu gak gaul. Lalu dengan segera anda akan mengatakan : secara bukan gue banget gitu looh!

Daru Dewanto, April 08

Tidak ada komentar: